Sektor transportasi adalah salah satu penyumbang utama emisi gas rumah kaca (GRK), yang mencatat hampir seperempat dari total emisi global akibat pembakaran bahan bakar (IEA, 2020). Kendaraan listrik muncul sebagai solusi yang menjanjikan untuk menggantikan mobil berbahan bakar fosil. Dengan efisiensi yang lebih tinggi, kendaraan listrik membutuhkan jauh lebih sedikit energi, sehingga emisi yang dihasilkan pun lebih rendah.

Berbagai negara, seperti Cina, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat, telah menetapkan target untuk meningkatkan adopsi kendaraan listrik. Namun, Norwegia unggul dengan ambisi luar biasa, berencana mencapai 100% penjualan kendaraan listrik pribadi pada tahun 2025.

Dukungan pemerintah dan target ambisius ini berdampak signifikan terhadap peningkatan penjualan kendaraan listrik secara global. Dari tahun 2014 hingga 2019, penjualan mobil listrik melonjak lebih dari enam kali lipat, mencapai sekitar 2,1 juta unit. Secara kumulatif, pada tahun 2019 terdapat sekitar 7,2 juta unit mobil listrik, dengan 90% dari total tersebut berada di Cina, Eropa, dan Amerika Serikat (IEA, 2020).

Apa yang Membuat Norwegia Begitu Sukses?

Mengapa Norwegia bisa melaju secara pesat dalam hal kendaraan listrik? Jawabannya terletak pada kombinasi kebijakan pemerintah yang mendukung. Di Norwegia, bea masuk dan pajak registrasi untuk kendaraan cukup tinggi, sehingga harganya jadi jauh lebih mahal dibandingkan negara lain. Akan tetapi, pemerintah Norwegia membebaskan bea masuk dan pajak registrasi ini untuk kendaraan listrik sehingga harga kendaraan listrik menjadi sangat murah dibandingkan kendaraan konvensional sehingga sangat menarik minat calon pembeli kendaraan. Ditambah lagi, pemerintah Norwegia juga memberikan berbagai insentif lain yang semakin menggoda masyarakat untuk beralih ke kendaraan listrik seperti bebas biaya tol, parkir gratis, dan mendapatkan akses untuk jalur bus.

Kombinasi manfaat ini semakin memperkuat keputusan finansial bagi calon pembeli. Penting untuk dicatat bahwa Norwegia juga membangun infrastruktur pengisian kendaraan listrik dengan sistem fast charging. Infrastruktur ini sangat penting bagi pengguna yang mengandalkan kendaraan listrik sebagai satu-satunya pilihan transportasi, terutama saat mereka melakukan perjalanan jauh.

Hingga akhir 2023, terdapat lebih dari 22.000 stasiun pengisian untuk kendaraan listrik di Norwegia, termasuk sekitar 3.500 stasiun fast charging. Pemerintah Norwegia juga  menargetkan untuk memiliki 1.600 stasiun fast charging tambahan yang beroperasi di seluruh negeri pada tahun 2025.

Dengan semakin banyaknya kendaraan listrik yang beredar, permintaan untuk stasiun fast charging terus meningkat. Ini menciptakan peluang bagi perusahaan untuk berinvestasi dan mengembangkan jaringan stasiun pengisian. Stasiun fast charging dapat menghasilkan pendapatan, baik dari pengguna kendaraan listrik maupun tarif yang dibebankan kepada penyedia layanan pengisian.

Pelajaran untuk Indonesia

Sebagai negara yang masih dalam tahap pengembangan pasar dan industri kendaraan listrik, Indonesia dapat belajar banyak dari pengalaman Norwegia. Jika Kamu tertarik untuk beralih ke kendaraan listrik di Indonesia, berikut beberapa insentif yang bisa kamu nikmati:

  • Pembebasan PPNBM (PP No.73/2019)
  • Fasilitas tambah daya gratis 100% untuk mobil listrik dan 75% untuk motor listrik dari PT PLN
  • Pembebasan BBNKB di Jakarta (Pergub No.3/2020)
  • Bebas kawasan ganjil-genap di Jakarta (Pergub No.88/2020)
  • Pengurangan BBNKB di Jawa Barat hingga 10% untuk roda empat dan 2,5% untuk roda dua (Kepmendagri No.973-689/2019)
  • Pengurangan BBNKB di Bali hingga 10% (Perda Bali No.9/2019)

Dengan berbagai keuntungan tersebut, apakah kamu sudah siap menjadi pengguna kendaraan listrik di Indonesia?