Range anxiety adalah kecemasan atau ketakutan yang dialami pengguna kendaraan listrik mengenai cukup atau tidaknya daya baterai untuk menempuh jarak yang mereka inginkan. Kecemasan ini terjadi akibat terbatasnya jarak tempuh yang ditawarkan oleh kendaraan listrik maupun dari kebutuhan untuk menempuh jarak tempuh yang jauh. Hal lain yang mendukung meningkatnya range anxiety adalah ketersediaan infrastruktur pengisian daya yang sedikit dan memiliki jarak yang jauh antara satu dan lainnya. Lamanya waktu untuk pengisian daya baterai juga menjadi alasan lain penyebab munculnya range anxiety pengguna kendaraan listrik. Selain itu, range anxiety telah menjadi salah satu penghalang terbesar dalam adopsi kendaraan listrik di berbagai negara termasuk Indonesia.

Dalam hal menangani range anxiety baik pemerintah maupun sektor swasta telah melakukan perencanaan untuk pembangunan sistem pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) untuk mobil listrik dan sistem penggantian baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU). Tercatat hingga tahun 2022, jumlah SPKLU telah mencapai 570 unit dan jumlah SPBKLU mencapai 966 unit. Meskipun begitu, jumlah ini masih jauh dari rekomendasi eropa yang mengusulkan 1 charger untuk 10 unit mobil listrik, sedangkan jumlah mobil listrik pada tahun 2022 sudah mencapai lebih dari 7000 unit. Persebaran infrastruktur pengisian daya mayoritas masih terpusat di pulau jawa dan bali.

Masalah ini lebih kentara pada motor listrik yang hanya memiliki daya untuk menempuh rata-rata 60 km. Jarak ini sangat terbatas jika dibandingkan dengan rata – rata jarak tempuh harian (ADB,2022) untuk pengguna pribadi sekitar 45 km dan untuk penggunaan umum seperti ride – hailing, logistik dan sebagainya sekitar 80 km sehari. Hal ini membuat masalah range anxiety sangat dekat dengan kendaraan listrik roda dua terlebih untuk penggunaan umum. Oleh karena itu, untuk pengguna pribadi, dapat melakukan pengisian daya di rumah dan di tempat tujuan. Lain halnya dengan pengguna umum yang sebaiknya melakukan pengisian daya di rumah dan di tempat tujuan, serta melakukan penukaran baterai di SPBKLU yang tersedia.


Sebagai tantangan terbesar dalam adopsi kendaraan listrik, tidak berarti range anxiety tidak dapat diatasi. beberapa hal dapat dilakukan untuk mengatasi range anxiety, antara lain : 

  1. Merencanakan rute perjalanan

Dalam menggunakan kendaraan listrik, ada saatnya kita ingin bepergian jauh namun terbatas oleh daya tempuh kendaraan, misalnya ketika kita ingin pergi dari Jakarta menuju Surabaya yang berjarak sekitar 800 km. Maka dalam perjalanan perlu dilakukan perencanaan untuk melakukan pengisian daya semisal di SPKLU – SPKLU yang sudah terdapat di tol trans jawa. Selain itu, pengisian daya ini tidak perlu ditunggu seperti pada mobil konvensional. Sembari melakukan pengisian, kendaraan listrik dapat ditinggal dan melakukan aktivitas lain. 

  1. Mengikuti pelatihan berkendara hemat energi

Baik kendaraan konvensional maupun kendaraan listrik akan menghabiskan banyak energi jika kita berkendara dengan tidak mulus dari sisi pengereman dan akselerasi,  berkendara dengan kecepatan tinggi, dan memberikan beban terlalu berlebih pada kendaraan.

  1. Merawat kendaraan listrik

Seperti halnya kendaraan konvensional, kendaraan listrik pun perlu dirawat pada bagian – bagiannya, misalnya di tekanan angin ban, rem, belt dan lainnya. Selain itu, perawatan baterai juga perlu dilakukan seperti halnya pada ponsel pintar. Perawatan pada baterai kendaraan listrik antara lain, menjaga baterai minimal 20% setidaknya dalam setiap kali penggunaan, tidak membiarkan baterai tetap diisi daya saat sudah penuh, dan lain sebagainya. Akan tetapi, saat ini beberapa pabrikan kendaraan listrik sudah memiliki proteksi – proteksi khusus yang menjaga usia baterai meskipun baterai diisi saat sudah penuh, menjaga agar tidak mudah korsleting, dll.